Minggu, 02 Januari 2011

Malu

Bismilahirrohmanirrohim,

Terkadang kita "malu" ketika tidak mempunyai baju yang bagus untuk berangkat ke mesjid, terkadang pula kita tidak jadi bertanya karena "malu", bahkan kitapun tidak jadi berangkat ke majlis ilmu karena tidak mempunyai kerudung yang bagus, atau yang paling parah kita tida jadi nengok orang yang sakit karena "malu" tidak mempunyai barang bawaan untuk yang sakit.

Tapi, kita tidak merasa "malu" ketika kita tidak bisa shalat berjama'ah di mesjid, kita juga tidak malu ketika kita tidak bisa mengkhtamkan al-Qur'an dalam waktu yang dicontohkan Rosul (Waqro'il qur'ana fi syahrin = Bacalah/ khatamkanlah alqur'an dalam satu bulan), terkadang kita juga tidak "malu" ketika ada kotak amal lewat depan muka kita lantas kita tidak menshodaqohkan harta kita, atau juga kita tidak merasa "malu" ketika kita tidak berbuat baik. Mengapa?

Lantas, bagaimanakah sebenarnya Islam memandang sifat "malu" ini.
Para Ulama sepakat, bahwa rasa "malu" yang ada pada diri kita itu ditempatkan tatkala kita akan melakukan dosa, maksiat kepada Allah bukan ketika kita akan melakukan kebaikan.

Mudah-mudah kita termasuk orang yang dapat menyimpan rasa "malu" pada tempat yang sebenarnya yaitu "malu ketika akan berbuat kejahatan/dosa" bukan untuk berbuat kebaikan.

Semakin besar rasa "malu' kita dalam melakukan kejahatan, maka akan semakin banyak kebaikan yang kita lakukan.

Tidak ada komentar: