Rabu, 21 Juli 2010

PPI 85 (Pesantren Berbasis Al-Qur'an dan As-Sunah)



SEJARAH BERDIRI


Berdirinya Pesantren Persatuan Islam 85 Banjar sebagai wujud peduli pendidikan yang tidak terbantahkan dari aktivitas organisasi Persatuan Islam (PERSIS) Kota Banjar. Dari lembaga ini telah dihasilkan sejumlah lulusan yang berkifrah diberbagai pekerjaan formal dan non formal. Mereka sanggup berdiri dan menjadi pribadi-pribadi mandiri sesuai dengan tujuan pendidikan (institusional dan nasional) dan juga mampu menjunjung aqidak Islamiyah yang “Tafaqquh Fiddien” sesuai dengan level pemahamannya.

Sejak awal berdirinya pada tanggal 02 Februari 1982 oleh al-Ustadz Endang Hafidz, BA, al-Ustadz H. Muchlas Abdullah, al-Ustadz Nana Suryana, dan al-Ustadz Yusuf Siddiq, Pesantren Persatuan Islam 85 Banjar, menyelenggarakan pendidikan formal, Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Diniyyah, MD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA)

Keberadaan peserta didik (santri) yang sampai sekarang masih belajar, membuktikan bahwa Pesantren Persatuan Islam 85 Banjar sangat dibutuhkan masyarakat. Potensi ini menjadi point penting dan bukti kepercayaan umat pada lembaga dengan sarana pendidikan dan pendukungnya, seperti kelas, kantor, mesjid, dan juga model program/ kurikulum yang terpadu, yaitu system kurikulum pesantren dan Departemen Agama.

Lembaga Pesantren Persatuan Islam 85 Banjar bukanlah lembaga profit (yang memikirkan untung dan rugi) dalam menjalankan aktifitas keumatannya, tetapi Pondok pesantren ini sebagai lembaga pendidikan dan dakwah yang tenaga pendidiknya mayoritas mengabdikan diri sepenuhnya di jalan Allah SWT. dengan pengorbanan yang tidak bisa dinilai oleh materi. Hal inilah yang membedakan dengan lembaga-lembaga lain yang mencoba dijadikan sebuah industri pendidikan yang mengedepankan aspek komersial.

Sungguh sangatlah jelas apa yang dikhawatirkan dengan peringatan Allah SWT dalam ayat diatas, bahwa barang siapa yang tidak memikirkan atas lemahnya generasi yang akan datang akibat dari tidak memilikinya kesempatan belajar, karena sesuatu hal seperti kemiskinan atau ketidakmampuhan pembiayaan, maka kelemahan sosilal, kelemahan struktur akan terwujud. Salah satu jalan keluar dari hal tersebut adalah lembaga pendidikan.

Untuk menjawab kekhawatiran diatas, dan juga sejalan dengan program pemerintah tentang wajib belajar, maka Pesantren Persatuan Islam 85 Banjar mencoba bertahan dan berjuang membina umat dan mencerdaskan generasi yang tafaqquh Fiddien.

Diambil dari www.pesantrenpersis85.wordpress.com

Sabtu, 17 Juli 2010

Persis: Jam'iyyah berpedoman Al-Qur'an dan As-Sunnah

Sejarah Persatuan Islam


Logo PersisTampilnya Jam’iyyah Persatuan Islam (Persis) dalam pentas sejarah di Indonesia pada awal abad ke-20 telah memberikan corak dan warna baru dalam gerakan pembaruan Islam. Persis lahir sebagai jawaban atas tantangan dari kondisi umat Islam yang tenggelam dalam kejumudan (kemandegan berfikir), terperosok ke dalam kehidupan mistisisme yang berlebihan, tumbuh suburnya khurafat, bid’ah, takhayul, syirik, musyrik, rusaknya moral, dan lebih dari itu, umat Islam terbelenggu oleh penjajahan kolonial Belanda yang berusaha memadamkan cahaya Islam. Situasi demikian kemudian mengilhami munculnya gerakan “reformasi” Islam, yang pada gilirannya, melalui kontak-kontak intelektual, mempengaruhi masyarakat Islam Indinesia untuk melakukan pembaharuanIslam.

Lahirnya Persis Diawali dengan terbentuknya suatu kelompok tadarusan (penalaahan agama Islam di kota Bandung yang dipimpin oleh H. Zamzam dan H. Muhammad Yunus, dan kesadaran akan kehidupan berjamaah, berimamah, berimarah dalam menyebarkan syiar Islam, menumbuhkan semangat kelompok tadarus ini untuk mendirikan sebuah organisasi baru dengan cirri dan karateristik yang khas.

Pada tanggal 12 September 1923, bertepatan dengan tanggal 1 Shafar 1342 H, kelompok tadarus ini secara resmi mendirikan organisasi yang diberi nama “Persatuan Islam” (Persis). Nama persis ini diberikan dengan maksud untuk mengarahkan ruhul ijtihad dan jihad, berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencapai harapan dan cita=cita yang sesuai dengan kehendak dan cita-cita organisasi, yaitu persatuan pemikiran Islam, persatuan rasa Islam, persatuan suara Islam, dan persatuan usaha Islam. Falsafah ini didasarkan kepada firman Allah Swt dalam Al Quran Surat 103 : “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali (undang-undang (aturan) Allah seluruhnya dan janganlah kamu bercerai berai”. Serta sebuah hadits Nabi Saw, yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, “Kekuatan Allah itu bersama al-jama’ah”.

Tujuan dan Aktifitas Persis

Pada dasarnya, perhatian Persis ditujukan terutama pada faham Al-Quran dan Sunnah. Hal ini dilakukan berbagai macam aktifitas diantaranya dengan mengadakan pertemuan-pertemuan umum, tabligh, khutbah, kelompok studi, tadarus, mendirikan sekolah-sekolah (pesantren), menerbitkan majalah-majalah dan kitab-kitab, serta berbagai aktifitas keagamaan lainnya. Tujuan utamanya adalah terlaksananya syariat Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan.

Untuk mencapai tujuan jam’iyyah, Persis melaksanakan berbagai kegiatan antara lain pendidikan yang dimulai dengan mendirikan Pesantren Persis pada tanggal 4 Maret 1936. dari pesantren Persis ini kemudian berkembang berbagai lembaga pendidikan mulai dari Raudlatul Athfal (Taman kanak-kanak) hingga perguruan tinggi. Kemudian menerbitkan berbagai buku, kitab-kitab, dan majalah antara lain majalah Pembela Islam (1929), majalah Al-Fatwa, (1931), majalah Al-Lissan (1935), majalah At-taqwa (1937), majalah berkala Al-Hikam (1939), Majalah Aliran Islam (1948), majalah Risalah (1962), majalah berbahasa Sunda (Iber), serta berbagai majalah yang diterbitkan di cabang-cabang Persis. Selain pendidikan dan penerbitan, kegiatan rutin adalah menyelenggarakan pengajian dan diskusi yang banyak digelar di daerah-daerah, baik atas inisiatif Pimpinan Pusat Persis maupun permintaan dari cabang-cabang Persis, undangan-undangan dari organisasi Islam lainnya, serta masyarakat luas.

Kepemimpinan Persatuan Islam

Kepemimpinan Persis periode pertama (1923 1942) berada di bawah pimpinan H. Zamzam, H. Muhammad Yunus, Ahmad Hassan, dan Muhammad Natsir yang menjalankan roda organisasi pada masa penjajahan kolonial Belanda, dan menghadapi tantangan yang berat dalam menyebarkan ide-ide dan pemikirannya.

Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), ketika semua organisasi Islam dibekukan, para pimpinan dan anggota Persis bergerak sendiri-sendiri menentang usaha Niponisasi dan pemusyrikan ala Jepang. Hingga menjelang proklamasi kemerdekaan Pasca kemerdekaan. Persis mulai melakukan reorganisasi untuk menyusun kembali system organisasi yang telah dibekukan selama pendudukan Jepang, Melalui reorganisasi tahun 1941, kepemimpinan Persis dipegang oleh para ulama generasi kedua diantaranya KH. Muhammad Isa Anshari sebagai ketua umum Persis (1948-1960), K.H.E. Abdurahman, Fakhruddin Al-Khahiri, K.H.O. Qomaruddin Saleh, dll. Pada masa ini Persis dihadapkan pada pergolakan politik yang belum stabil; pemerintah Republik Indonesia sepertinya mulai tergiring ke arah demokrasi terpimpin yang dicanangkan oleh Presiden Soekarno dan mengarah pada pembentukan negara dan masyarakat dengan ideology Nasionalis, Agama, Komunis (Nasakom).

Setelah berakhirnya periode kepemimpinan K.H. Muhammad Isa Anshary, kepemimpinan Persis dipegang oleh K.H.E. Abdurahman (1962-1982) yang dihadapkan pada berbagai persoalan internal dalam organisasi maupun persoalan eksternal dengan munculnya berbagai aliran keagamaan yang menyesatkan seperti aliran pembaharu Isa Bugis, Islam Jama’ah, Darul Hadits, Inkarus Sunnah, Syi’ah, Ahmadiyyah dan faham sesat lainnya.

Kepemimpinan K.H.E. Abdurahman dilanjutkan oleh K.H.A. Latif Muchtar, MA. (1983-1997) dan K.H. Shiddiq Amien (1997-2005) yang merupakan proses regenerasi dari tokoh-tokoh Persis kepada eksponen organisasi otonom kepemudaannya. (Pemuda Persis). Pada masa ini terdapat perbedaan yang ckup mendasar: jika pada awal berdirinya Persis muncul dengan isu-isu kontrobersial yang bersifat gebrakan shock therapy paa masa ini Persis cenderung ke arah low profile yang bersifrat persuasive edukatif dalam menyebarkan faham-faham al-Quran dan Sunnah.

Persatuan Islam Masa Kini

Pada masa kini Persis berjuang menyesuaikan diri dengan kebutuhan umat pada masanya yang lebih realistis dan kritis. Gerak perjuangan Persis tidak terbatas pada persoalan persoalan ibadah dalam arti sempit, tetapi meluas kepada persoalan-persoalan strategis yang dibutuhkan oleh umat Islam terutama pada urusan muamalah dan peningkatan pengkajian pemikiran keislaman.

Sumber : persis.or.id

Rabu, 14 Juli 2010

Renungan Al-Qur'an

Dengan Al-Qur'an Allah akan meniggikan derajat suatu kaum, dan akan menghancurkan suatu kaum pula dengannya.

semakin umat Islam jauh dengan Al-Qur'an, maka akan semakin jauh pula keberkahan pada dirinya dan kesuksesan (baik dunia maupun akhirat) akan selalu menjauh dair dirinya.

Sebaliknya, orang-orang kafir akan maju dan berkembang dalam kehidupan dunianya dan kehidupan selanjutnya dengan meninggalkan kitab-Nya.

Semoga kita masih bisa menjaga kemurnian al-Qur'an dengan cara membaca, menerjamahkan, menafsirkan dan mengamalkan (yang paling penting.

Karena kalau kita tidak menjaganya, maka al-Qur'an pada akhirnya, hanya tinggal tulisannya saja, bahkan yang paling parah hanya dijadikan sebagai pengusir syetan bahkan hanya sebagai pajangan saja.

Naudzu billahi min dzalik.

Senin, 12 Juli 2010



Salah satu bentuk kita mencintai al-Qur'an adalah dengan menghafalnya. Kegiatan ini memang gampang-gampang susah. Tapi Allah adalah Maha Pemenuh Janji, Dialah yang akan memudahkan kita dalam segala urusan termasuk urusan menghafal al-Qur'an. Dengan azam yang kuat dan dengan kesabaran yang sangat tinggi maka tak ada yang tidak mungkin, kita akan menjadi penghafal al-Qur'an. Apalagi kalau bisa seperti "Husain". Mampu hafal al-Qur'an dan memahaminya sehingga mampu menjawab berbagai pertanyaan dengan jawaban-jawaban dari al-Qur'an. Subhanalaoh.

Semoga hal ini menjadi motivasi terhadap kita semua untuk selalu menghafal al-Qur'an.

Tak Jenuh Dengan Al-Qur'an

Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita untuk selalu mencintai dan mengamalkan al-Qur'an. Bahkan para sahabat Rosululah mengomentari keberadaan al-Qur'an seperti ini:
"Kalaulah kita mempelajari al-Qur'an dengan benar, maka kita tidak akan merasakan kebosanan sedikitpun bahkan akan menambah, menambah dan menambah ayat-ayat demi ayat"

Itulah al-Qur'an, bacaan yang bukan sekedar bacaan dan tidak akan pernah membosankan, yang ada juga kita selalu menganggap bahwa al-0Qur'an adalah bacaan biasa yang tidak menjadi bacaan prioritas kita, dan juga kita selalu membosankan dan membuat kita bosan terhadap al-Qur'an karena sifat malas kita.

Semoga kita tergolong orang-orang yang mencinta al-Qur'an.